Dokter Beberkan Mitos Seputar ASI yang Beredar di Masyarakat

24 April 2022 15:00

GenPI.co Kaltim - Masyarakat masih ada yang percaya bahwa air susu ibu tidak cukup mengenyangkan bagi bayi. Padahal anggapan tersebut hanyalah mitos.

Dokter spesialis anak dr. Utami Roesli, SpA.,MBA, FABM., mengatakan ada banyak mitos-mitos menyesatkan yang dipercaya oleh para orang tua khususnya nenek dan kakek.

Untuk itu, edukasi atau pemberian informasi kepada para nenek sangat berperan penting sebagai bentuk dukungan agar bayi bisa mendapat ASI eksklusif.

BACA JUGA:  Akhirnya, Kabupaten di Kalimantan Timur Ini Punya BPBD

 

Dia mengatakan Mitos yang paling sering beredar yakni bayi di usia 6 bulan pertama harus diberikan makanan tambahan karena ASI dianggap tidak cukup.

BACA JUGA:  Kelas Dunia, Kutai Timur Bakal Gelar Sail Sangkulirang 2024

"Faktanya produksi ASI sesuai dengan pengeluaran ASI, demand and supply. Jadi semakin dikeluarkan, semakin diproduksi. Meningkatkan produksi ASI juga dengan menyusui dan memerah ASI bukan dengan minum susu ibu menyusui,"dia.

Mitos tersebut diperkuat dengan anggapan ketika bayi menangis setelah menyusu dianggap masih lapar dan gizinya kurang. Maka mereka perlu ditambah dengan makanan lain.

BACA JUGA:  Pembangunan IKN Nusantara Jangan Lupakan Adat dan Budaya Kaltim

Padahal bayi menangis tidak selalu karena lapar, bisa saja ada faktor lain seperti diapers-nya yang tidak nyaman, ingin digendong dan lainnya.

"Perhatikan tanda kalau bayi sedang lapar, dia akan menjulurkan lidah kayak melet-melet, mengecap-ngecap, kepalanya seperti mencari-cari puting. Jadi kalau nangis setelah menyusui bukan karena lapar," jelas dr. Utami.

Mitos selanjutnya adalah bayi perlu dilatih minum dengan dot sebelum sang ibu masuk kerja.

Faktanya adalah memperkenalkan dot pada bulan pertama dapat menyebabkan kesukaran menyusui atau bingung puting.

Hal salah kaprah lain yang dipercaya oleh ibu dan orang tua adalah harus menghindari minum kopi, seafood dan makanan pedas.

Ibu juga wajib minum susu khusus ibu menyusui supaya produksi ASI banyak.

"Yang enggak boleh itu minuman keras dan rokok, karena apa? Dikatakan bahwa ketuban bayi itu rasanya seperti makanan ibunya. Gampangnya, ketuban sapi rasanya rumput, ketuban macam ya rasa daging," kata dr. Utami.

"Jadi memang sudah dibiasakan makan makanan yang sama dengan ibunya. Misalnya kita menyusui bayi bule, kita makan sambel ya bayi bule akan mencret," lanjutnya.

Mitos lain yang juga dipercaya oleh masyarakat adalah saat hari pertama setelah bayi dilahirkan dan ASI belum keluar, maka diperlukan tambahan susu formula supaya bayi tidak dehidrasi atau kuning.

Faktanya, bayi baru lahir mampu bertahan tanpa ASI selama 48-72 jam karena dibekali saat dalam kandungan.

Syaratnya, disusui segera setelah lahir dan sering disusui pada hari-hari pertama, colustrum yang sedikit diperlukan untuk mematangkan usus.

"Makanya perlu adanya IMD (inisiasi menyusui dini) minimal 1 jam setelah lahir, diletakkan di dada ibunya. Kolostrum yang keluar setetes dan dua tetes saat baru lahir ini, dibutuhkan bukan buat makanan tapi untuk mematangkan usus," jelasnya.(ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALTIM