Cara Mengatasi Anak yang Kecanduan Game Online, Kata Psikolog

15 Mei 2022 02:00

GenPI.co Kaltim - Saat ini tidak jarang seorang anak sudah kecanduan gim atau game online. Berikut adalah yang bisa orang tua lakukan ketika anak kecanduan game online. 

Psikolog klinis Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Nanda Rossalia menyarankan agar anak tersebut didorong mencari hobi baru.

Hal itu bisa dilakukan dengan membuat suatu program untuk bisa dilakukan bersama misalnya di dalam level sekolah.

BACA JUGA:  Gubernur Kaltim Borong Kain Tenun Khas Bali, Ni Karti Terkejut

Selain itu, bisa juga dilakukan dengan membuat kegiatan yang konsisten misalnya berolahraga bersama.

Selain itu, orang tua bisa memberikan edukasi apa yang terjadi bila bermain online game berlebihan.

BACA JUGA:  Covid di Kaltim Masih Melandai, Kasus Aktif 49 Pasien

Nanda menyoroti pentingnya pembahasaan di sini yang perlu dibedakan dari biasanya.

"Pembahasaan kita dalam melakukan promotive behaviour itu harus berbeda dari biasanya. Jadi tidak lagi konvensional. Misalnya menggunakan film, animasi. Penyampaiannya melalui komunikasi," katanya.

BACA JUGA:  Update! Harga Minyak Goreng Curah di Kaltim Turun Drastis

Dia juga menyarankan orang tua secara aktif dan pasif memonitor kegiatan anak saat bermain online game.

"Ini meningkatkan keterlibatan orang tua," saran Nanda.

Dia mengatakan ada sejumlah hal didapatkan seorang remaja ketika bermain game online, salah satunya dalam hal kompetensi.

Menurutnya alasan remaja bermain game untuk menunjukkan kompetensi mereka.

"Balik lagi ke identitas. Memenangkan permainan, saya tangguh dan kompeten. Berbeda dengan di dunia nyata, nilai saya jelek. Sesuai karakteristik remaja, dia mau untuk building karena ini nanti berguna untuk confident-nya," kata dia.

Hal lain yang bisa didapat saat bermain online game yakni dalam hal otonomi yakni suatu hal yang amat dibutuhkan bahkan diimpikan oleh seorang remaja dan ini belum tentu dia peroleh di dunia nyata.

Menurut Nanda, bermain online game memberi kesempatan dan kebebasan pada remaja untuk memilih serta mengambil keputusan atau langkah yang harus diambil.

Di sisi lain, online game juga mampu mengisi kebutuhan untuk berinteraksi, terkoneksi dan mendapat perhatian orang lain yang ini mungkin tidak didapatkan remaja di dunia nyata.

Pada akhirnya, karena setidaknya tiga kebutuhan dasar sudah mereka dapatkan, maka ini kemudian membuat mereka nyaman dan terlarut di dalamnya.

Sementara di dunia nyata, para remaja justru merasa tak mendapatkannya.

"Karena online game mampu memberikan kebutuhan dasar, sehingga tidak heran kalau remaja larut. 'Di sinilah saya diterima. Inilah kompetensi saya'. (online game) ini bisa memberikan rasa nyaman dan teman," tutur Nanda.

Lantas, apakah setiap gamer pasti berakhir dengan kecanduan? Nanda mengatakan, hal ini terkait dengan faktor kerentanan. Ada orang yang memang rentan sehingga akan bisa menjadi kecanduan.

Biasanya mereka ini yang memiliki rasa percaya diri dan rasa diri mampu yang rendah dalam mengontrol tindakannya.(ant)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALTIM