Ramai Dibicarakan, Apa Itu Toxic Positivity dan Efek Buruknya

01 Maret 2022 06:00

GenPI.co Kaltim - Istilah toxic positivity belakangan ramai dibahas dan dibicarakan di sejumlah media sosial.

Toxic positivity yakni sebuah kondisi yang memaksa seseorang untuk berusaha dan berpikir positif dalam keadaan apapun

Sifat ini juga berupa tekanan untuk selalu merasa bahagia.

BACA JUGA:  Cerita Gubernur Kaltim Terpapar Covid-19, Mengaku Kesal

Namun penelitian terbaru menyatakan bahwa sifat ini memiliki efek yang buruk pada kesejahteraan psikologis seseorang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas Tilburg Belanda, menyatakan tekanan untuk mengejar kebahagiaan ironisnya memiliki efek buruk pada psikologis seseorang.

Hal ini terutama terjadi di negara-negara yang mendapat skor tinggi pada Indeks Kebahagiaan Dunia (World Happiness Index), dan memiliki standar kebahagiaan yang lebih tinggi.

BACA JUGA:  Waspada Cuaca Ektrem di Kaltim, Ini Rincian Wilayahnya

"Ada hubungan yang kuat antara perasaan perlu bahagia dan sejauh mana orang benar-benar mengalami perasaan seperti kesedihan, kesuraman, kelelahan atau kecemasan," tulis penelitian tersebut.

Penelitian lintas budaya ini dilakukan dengan lebih dari 7.400 peserta di 40 negara.

BACA JUGA:  Simak, Ini 5 Tahapan Pembangunan IKN Nusantara di Kaltim

Menguraikan hubungan antara tekanan masyarakat untuk bahagia dan kesejahteraan psikologis.

Studi tersebut mengamati bahwa di Belanda (urutan kelima dalam WHI 2021), hubungan antara tekanan untuk bahagia dan kesejahteraan psikologis untuk sebagian besar indikator sekitar dua kali lebih kuat dibandingkan dengan Uganda atau Ukraina (menempati 119 dan 110 dalam WHI 2021).

Kamna Chibber, Kepala Departemen Kesehatan Mental, Fortis Memorial Research Institute, Gurgaon, India mengatakan, penting untuk memusatkan perhatian pada penerimaan situasi dalam kehidupan.

Mengalami masalah dan kesusahan dengan kondisi tertentu adalah hal yang normal

Chibber menjelaskan bahwa penerimaan membutuhkan seseorang untuk hadir dan tidak berpaling dari situasi.

Menyangkal, menjaga jarak dan meninggalkan kesedihan tidak akan membantu dalam menemukan resolusi.

"Sebaliknya, merangkul situasi dan mengakui apa yang terjadi pada Anda, emosi dan pikiran Anda, dan bagaimana hal itu mempengaruhi Anda sangat penting untuk bisa bergerak maju," katanya.

Pada saat yang sama, untuk mempertahankan sikap positif, mengenali ketidakkekalan pikiran, perasaan dan bahkan situasi serta menggunakannya sebagai cara untuk menghargai kebaikan yang ada, dapat membantu dalam memelihara keadaan kebahagiaan/kepuasan.(Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALTIM