Selain Gizi, Bunda Harus Perhatikan Ini untuk Pertumbuhan Anak

19 Maret 2022 09:00

GenPI.co Kaltim - Selain gizi, untuk mengoptimalkan proses tumbuh kembang anak juga diperlukan menanamkan kebahagiaan sejak dini.

Psikolog Ratih Ibrahim dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia menegaskan penting untuk menanamkan pola pikir, pemaknaan dan nilai-nilai mengenai kebahagiaan sedini mungkin.

"Ini sebagai bekal anak untuk menjadi manusia dewasa yang utuh," kata Ratih, Jumat (18/03/2022).

BACA JUGA:  Catat! Anak-anak Juga Berisiko Alami Long Covid-19

Anak yang riang gembira dan dibesarkan dengan penuh cinta akan memiliki persepsi positif mengenai dirinya dan orang lain.

Kebahagiaan itu membuat anak tumbuh jadi orang yang penuh percaya diri, lebih mudah bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain.

BACA JUGA:  Bunda Wajib Tahu, Bermain Miliki Banyak Manfaat untuk Anak

Kepribadian seperti itu membuat anak jadi lebih disukai serta menumbuhkan rasa empati. Buah hati akan punya perilaku mau menolong orang lain.

"Sel-selnya berkembang membuat anak menjadi kreatif," jelas Ratih.

BACA JUGA:  Viral Video Sosok Disebut Kuntilanak Lompat-lompat di Samarinda

Kebahagiaan pada anak membuatnya lebih bisa mengembangkan keterampilan dalam memecahkan suatu masalah, juga lebih kuat saat berhadapan dengan konflik dan mencari solusi terbaik.

Meski sebagian orang berpikir kebahagiaan hanya dikaitkan dengan prestasi atau harta, Ratih menegaskan bahwa kebahagiaan lebih dari itu.

Berdasarkan hasil survei daring The Happiness Project pada Februari 2022, terungkap data 80 persen masyarakat Indonesia menganggap aspek materialistis adalah faktor penting yang berkontribusi terhadap kebahagiaan.

Sebanyak 90,4 persen responden menganggap bahagia bisa diwujudkan dengan memiliki rumah bagus, 83 persen berpendapat kekayaan atau kesuksesan finansial adalah hal penting untuk bisa bahagia dan 66 persen berpikir prestasi di sekolah atau kantor adalah hal penting untuk jadi bahagia.

Anggapan bahagia kerap dikaitkan dengan prestasi dan materi, tetapi kebahagiaan sesungguhnya datang dari bagaimana seseorang memaknai hidup, nilai yang dijunjung dan diupayakan dalam hidup sehari-hari.

Rasa bahagia juga dapat datang lewat usaha, tindakan, aktivitas dan rutinitas sehari-hari untuk membuat hidup lebih baik.

Menurutnya, kebahagiaan memang bisa saja hadir dari prestasi akademis, kemapanan finansial, atau jabatan.

Namun, adanya pandangan bahwa kebahagiaan hanya bersumber dari hal-hal yang bersifat materialistis tersebut justru dapat menyebabkan seseorang merasa kebahagiaan adalah sesuatu yang sulit atau bahkan mustahil.

Sebagai contoh, bila kebahagiaan hanya diasosiasikan dengan nilai bagus, maka kegembiraan akan menguap saat prestasi gagal dipertahankan.

Alih-alih bahagia, anak bisa tertekan dan stres, berubah jadi pemurung dan proses tumbuh kembangnya terhambat.

Selain itu, pemaknaan dan nilai-nilai mengenai kebahagiaan ini penting dibangun sejak masa anak-anak.

“Semakin dini usia anak, semakin baik. Orangtua dan guru memiliki peran yang begitu penting dalam proses membangun pondasi kebahagiaan ini," kata dia.

Dengan demikian, seluruh aspek perkembangan anak (kognitif, fisik, sosial dan emosional) akan berkembang secara optimal, anak lebih resilien, dan bahagia hingga masa dewasanya nanti.

"Pada akhirnya, generasi muda yang bahagia akan menjadi sumber daya manusia unggul demi kemajuan Indonesia," imbuh Ratih.(Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALTIM