Psikolog Ungkapkan Bagaimana Cara Agar Anak Lepas dari Gawai

30 Maret 2022 22:00

GenPI.co Kaltim - Psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener memberikan cara agar anak tak kecanduan gawai atau gadget.

Cara sederhananya yakni orang tua perlu membangun koneksi atau hubungan yang baik dengan si buah hati.

Dia mengatakan anak yang kecanduan gawai menandakan bahwa dia tidak memiliki koneksi yang baik dengan orang sekitar termasuk orang tua.

BACA JUGA:  Pola Asuh Anak Sekarang Berbeda dengan Dulu? Ini Kata Pakar

"Jadi, gawai itu pelarian anak-anak karena dia tidak mendapatkan koneksi. Sama orang tua enggak dapat, sama teman-temannya juga enggak dapat," katanya, Rabu (30/03/2022).

Dia mengatakan, dengan gawai si anak ada interaksi dengan game-nya, dengan tontonannya, yang membuat dia punya pertanyaan dan tertarik dengan sesuatu.

BACA JUGA:  Coba Lakukan Cara Ini untuk Bangun Ikatan Kuat dengan Anak

Dia membagikan cara yang dapat dilakukan orang tua untuk membangun koneksi yang baik dengan anak.

Misalnya, dengan membacakan buku-buku yang menarik dan dapat meningkatkan rasa ingin tahu serta membuat anak tergerak untuk mengamati lingkungan sekitar.

BACA JUGA:  Perhatikan Tanda Ini, Bisa Jadi Anak Anda Alami Meningitis

Jika anak sangat sulit untuk lepas dengan gawai, Samanta menyarankan untuk mengajak anak bermain gawai di beranda rumah. Kemudian, alihkan perhatiannya secara perlahan.

"Jadi bawa ke luar rumah dulu biar dia menikmati area di luar. Lama-lama kita alihkan, misalnya 'eh, di sana ada burung, liat deh'," kata dia.

Jadi mengalihkan pelan-pelan supaya mata si anak tidak fokus ke gawai terus.

"Kalau langsung dipaksa, nanti dia antipati dengan kegiatan di luar rumah," ujar Samanta.

Setelah itu, lanjut Samanta, orang tua bisa mulai mengajak anak untuk bermain di sekitar rumah seperti bersepeda atau berjalan kaki.

Kemudian, berikan anak tantangan yang bisa membuat dia memperhatikan lingkungan sekitar.

"Misalnya, nanti kalau ada rumah catnya warna merah, kita hitung, yuk, ada berapa. Jadi dikasih challenge supaya dia memperhatikan sekitarnya dia," imbuh Samanta.

Kemudian, lanjut dia, barulah batasi penggunaan gawai setiap hari sesuai kategori usia anak dan mendiskusikan kegiatan yang bisa dilakukan bersama, serta aturan-aturan yang di dalamnya terdapat reward (hadiah) dan punishment (konsekuensi).

Namun, Samanta mengingatkan bahwa konsekuensi harus merupakan sesuatu yang membangun karakter anak, bukan menghukum.

Menurut dia, hukuman justru akan membuat anak menjadi benci pada orang tuanya dan semakin menghilangkan koneksi dengan orang tuanya.

"Misal dia main gawai lebih dari waktu yang disepakati, dihukum lihat tembok satu jam. Itu tidak akan membuat anak jera. Tapi, konsekuensi jika main gawai lebih dari satu jam, berarti besok tidak ada waktu main gawai tapi baca bukunya lebih banyak," ujar Samanta.

Kalau anak sudah ada koneksinya dengan orang tua, maka ngomong apa pun pasti didengerkan oleh anak tanpa berteriak.(ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALTIM