Dokter Jelaskan Efek Buruk Ibu Hamil Terlalu Gemuk

06 April 2022 18:00

GenPI.co Kaltim - Ibu hamil disarankan untuk memperhatikan berat badannya ketika sedang hamil.

Sebab, ibu hamil yang terlalu gemuk berisiko memberikan dampak buruk kesehatan kepada bayi yang dikandung.

"Khusus yang obesitas, ibu obesitas dua kali lipat kemungkinan dia menderita preeklampsi," kata Dokter Spesialis Kebidanan & Penyakit Kandungan Konsultan Obstertik Ginekologi Sosial (POGI) dr  Dwiana Ocviyanti, Rabu (06/04/2022).

BACA JUGA:  Banjir Kutim, Ada Ibu Keguguran hingga Seorang Anak Hipotermia

Preeklampsia adalah gangguan kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi dan kandungan protein yang tinggi dalam urin.

Efek dari masalah itu yakni ibu hamil berisiko empat kali lipat melahirkan bayi dengan berat badan lahir yang rendah atau IUGR (Intra Uterine Growth Restriction).

BACA JUGA:  Penajam Paser Utara Usul Puluhan Ribu Sambungan Gas Rumah Tangga

Bayi IUGR berisiko dua kali lipat mengalami stunting atau kondisi tubuh anak pendek akibat kekurangan gizi kronik.

Hal itu disebabkan antara lain asupan makanan tidak adekuat ataupun kebutuhan makanan anak meningkat karena dia mengalami penyakit seperti infeksi.

BACA JUGA:  Dalam Sebulan 17 Ribu Warga Sembuh dari Covid-19 di Kaltim

"Sedangkan ibu yang preeklampsi, rata-rata untuk menolong ibunya kita tidak mengizinkan ibunya hamil sampai cukup bulan. Sebagian mereka diterminasi kehamilannya pada masa pre-term. Prematur saja meningkatkan risiko stunting dua kali," kata dia.

Bayi dengan berat badan kecil selama dikandung tak akan tumbuh dengan baik, kemudian ditambah dia harus lahir prematur maka menempatkannya pada risiko stunting hingga 7,5 lipat.

"Ini menyedihkan. Gemuk itu bukan hal yang baik-baik saja," tutur Prof. Ocviyanti.

Berat badan ideal ibu untuk memulai kehamilan bila mengambil rerata tinggi badan perempuan di Indonesia yakni 150-160 cm, maka tidak boleh lebih dari 60 kg.

Kemudian, selama kehamilan ibu juga perlu menjaga kenaikan berat badannya. Pada lima bulan pertama kehamilan, bila berat badan ibu sudah normal maka tidak apa-apa jika tak mengalami kenaikan berat badan.

Tetapi bila naik pun diusahakan tak boleh lebih 6 kg sepanjang kehamilannya.

"Kita bukan makan untuk dua orang. Lima bulan pertama kehamilan kalau berat badan normal tidak perlu naik berat badan juga tidak apa-apa. Naik 1-2 kg cukup. Tetapi kalau berat badan berlebih bahkan sepanjang kehamilan tidak boleh lebih dari 6 kg," kata Prof. Ocviyanti.

Berbicara risiko anak stunting, sebenarnya bukan saja berasal dari ibu hamil gemuk dan mengalami kenaikan berat badan tak terkontrol, tetapi juga mereka dengan kekurangan energi kronik (KEK) dan anemia.

Data Riskesdas terbaru menunjukkan, sebanyak 17 persen ibu dengan kondisi KEK, sementara anemia dihadapi sekitar 50 persen ibu. "Sudah ada yang kekurusan, kegemukan 30-40 persen, 50 persen ibu hamil anemia, ini jelas berisiko terhadap terjadinya stunting dan kematian ibu," tutur Prof. Ocviyanti.

Agar kondisi ini tak terjadi, dia menyarankan para ibu hamil mengikuti langkah-langkah yang sudah diinformasikan Kementerian Kesehatan yakni menjalani pemeriksaan kehamilan ke dokter, memastikan tidak memiliki risiko KEK, obesitas, penyakit penyerta dari awal dan tidak anemia.

"Kalau ini bisa kita kendalikan, kita berharap generasi muda di 2024 dimulai dengan angka stunting yang turun, nantinya betul-betul menjadi golden generation," demikian saran dia.(Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALTIM