Cerita Pokdarwis Pantai Biru, Menjaga Garis Pantai dari Abrasi

09 Mei 2022 13:00

GenPI.co Kaltim - Abrasi membuat daratan di Pantai Biru, Kecamatan Marangkayu. Kabupaten Kutai Kartanegara terkikis. Sejumlah upaya dilakukan untuk menjaga pantai ini dari abrasi yang semakin parah.

Seperti yang dilakukan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Biru. Mereka terus berupaya menjaga kelestarian alam agar tidak semakin terkikis oleh ombak.

Selain itu, Pantai Biru terus dirawat karena memiliki potensi ekonomi dan sumber pendapatan asli daerah (PAD) bagi desa.

BACA JUGA:  Libur Lebaran, Objek Wisata di Tenggarong Diserbu Warga

"Pantai ini dulunya biru dan daratan nya jauh di sana, tapi sekarang terkikis karena abrasi dan semakin habis," kata Ketua Pokdarwis Pantai Biru, Novan Satria di Marangkayu, Minggu (08/05/2022).

Dia mengatakan pantai tersebut setiap tahunnya mengalami abrasi antara tiga sampai lima meter setiap tahunnya.

BACA JUGA:  Wisata Pantai di Kaltim Jadi Pilihan Warga saat Libur Lebaran

Selain karena ombak juga karena kerusakan alam seperti limbah dimana-mana dan terumbu karang rusak sehingga tidak bisa menahan ombak.

Upaya menjaga garis pantai ini juga dilakukan bersama Pertamina melalui dana CSR berupa material penahan gelombang ambang rendah (Pegar) sebagai penahan laju ombak.

BACA JUGA:  Libur Lebaran, Coba Berwisata Nuansa Alam di Samarinda

"Karena kalau tidak ada penahan ombak bisa sampai ke perkampungan. Jadi kita menjaga alam, menghindari kerusakan dari abrasi tapi juga menjadi potensi ekonomi," tegasnya.

Pantai Biru, kata dia, banyak dikunjungi wisatawan setiap harinya. Pihaknya dalam pengelolaan ini  dengan mengenakan biaya tiket masuk kepada pengunjung.

Saat libur Lebaran, pantai ini ramai dikunjungi dengan jumlah mencapai sekitar 10.000 orang.

Hari kedua Lebaran, pihaknya mengaku mendapatkan pemasukan hingga Rp18 juta lebih. 

Dari jumlah tersebut, desa mendapat persenan sebanyak 20 persen, sementara pemilik lahan mendapat 30 persen dan Pokdarwis 50 persen.

Ke depan pihaknya akan membangun fasilitas umum seperti toilet, mushola dan kursi untuk tempat duduk pengunjung tanpa dipungut biaya karena saat ini hanya ada fasilitas perorangan yang berbayar.

"Sampai saat ini kami belum bisa menerapkan sistem per jiwa tiket masuk karena kalau per jiwa kami harus siap dengan fasilitas yang ada dan harus gratis jadi pengunjung lebih nyaman. Tempat bernaung gratis, tidak semua harus bayar," ucapnya.

Novan menambahkan, dampak ekonomi dari pengelolaan pantai terbilang cukup pesat. Dilihat dari jumlah pedagang yang sebelumnya hanya lima orang dan sekarang mencapai 32 orang.

“Saat ini pemerintah desa juga membangun pemecah ombak skala rendah untuk menahan laju abrasi agar tidak terus menuju pemukiman penduduk.  Sedangkan  kontribusi wisata Pantai Biru Kersik menjadi salah satu sumber PAD desa ,” ujarnya.(ant)
 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALTIM