Biji Kakao Kaltim Susah Bersaing dengan Daerah Lain, Ini Sebabnya

21 Februari 2022 06:00

GenPI.co Kaltim - Ternyata biji kakao asal Kalimantan Timur susah bersaing dengan luar daerah karena pola penanganan yang tak tepat.

Permasalahan tersebut di antaranya yakni biji kako dari Kaltim mutunya masih rendah.

"Sehingga diperlakukan pembinaan berkelanjutan," kata Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Disbun Provinsi Kaltim Siti Juriah di Samarinda, Minggu.

Penyebab rendahnya mutu biji kakao di Kaltim ini karena kurangnya pemeliharaan tanaman hingga penanganan pascapanen.

BACA JUGA:  Kasus Covid-19 Meluas, Puluhan Ribu di Kaltim Sekarang Isoman

Hal tersebut menyebabkan kakao tercampur dengan benda-benda lain.

Pengeringan kakao yang kurang sempurna, lanjutnya, menyebabkan biji kakao tumbuh jamur dan volume biji kakao yang difermentasi relatif masih sedikit.

Sehingga pedagang pengumpul kemudian mencampur antara kakao fermentasi dan kakao non fermentasi.

Sebagai upaya meningkatkan produksi kakao, dilakukan upaya memperbaiki kondisi tanaman kakao seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tumbuhan, kemudian perbaikan produksi dan mutunya seperti kualitas, fermentasi, hingga sertifikasi.

Salah satu penanganan yang telah diberikan kepada poktan adalah penanganan biji kakao non fermentasi menjadi fermentasi, serta uji mutu biji kakao untuk sertifikasi produk biji kakao, melalui bimbingan teknis yang digelar pada pekan kedua, Februari ini.

"Bimbingan teknis yang lalu diikuti 15 peserta, terdiri dari empat poktan di Kabupaten Berau. Kami menghadirkan narasumber dari Pulitkoka Jember, Jawa Timur. Dari pelatihan ini tentu kami harapkan poktan menjadi terampil menangani biji kakao, kemudian dapat ditularkan ke orang lain," katanya.

Dia melanjutkan, kakao di Kaltim merupakan komoditas unggulan ketiga setelah kelapa sawit dan karet.

BACA JUGA:  Warga Diminta Tak Terprovokasi dengan 2 Agenda Penting Kaltim Ini

Pada 2021 luas perkebunan kakao di Kaltim mencapai 7.617 hektare dengan total produksi sebanyak 2.182 ton yang tersebar di Kabupaten Kutai Timur, Berau, dan Kutai Kartanegara.

"Luas perkebunan kakao setiap tahun semakin berkurang karena berbagai hal, salah satunya adalah akibat alih fungsi lahan dan beralihnya komoditas di lapangan oleh masyarakat," ujar Juriah.(Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALTIM