Penjelasan BMKG Soal Kenaikan Suhu di Indonesia

17 Mei 2022 18:00

GenPI.co Kaltim - Sejumlah wilayah di Indonesia mengalami kenaikan suhu 0,3 derajat celcius per dekade. BMKG menjelaskan penyebab kenaikan suhu tersebut.

Suhu udara panas dipengaruhi faktor klimatologis dan diamplifikasi dinamika atmosfer skala regional dan skala meso.

Pelaksana tugas Deputi Klimatologi BMKG, Urip Haryoko mengatakan pihaknya melakukan analisis pengukuran suhu permukaan dari 92 Stasiun BMKG dalam 40 tahun terakhir.

BACA JUGA:  Kabar BMKG, Cek Cuaca Kota Samarinda Hari Ini

Hasilnya menunjukkan peningkatan suhu permukaan dengan laju yang bervariasi.

Secara umum tren kenaikan suhu permukaan lebih nyata terjadi di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah. Pulau Sumatera bagian timur, Pulau Jawa bagian utara, Kalimantan dan Sulawesi bagian utara mengalami tren kenaikan lebih dari 0.3℃ per dekade.

BACA JUGA:  BMKG: 14 Titik Panas Terdeteksi di Kalimantan Timur

Laju peningkatan suhu permukaan tertinggi diketahui terjadi di Stasiun Meteorologi Temindung, Kalimantan Timur (0.95℃ per dekade), sedangkan laju terendah terdapat di Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Salahuddin, Bima (0.01℃ per dekade).

Suhu udara permukaan di wilayah Jakarta dan sekitarnya meningkat dengan laju 0.40 - 0.47℃ per dekade.

BACA JUGA:  Peringatan BMKG: Hujan Lebat, Petir dan Angin Kencang di Kaltim

Dari analisis tersebut, kejadian suhu udara panas kali ini memang dipengaruhi oleh faktor klimatologis yang diamplifikasi oleh dinamika atmosfer skala regional dan skala meso.

"Inilah yang menyebabkan udara terkesan menjadi lebih 'sumuk' dan menimbulkan pertanyaan, bahkan keresahan (selain kegerahan) publik," ujar Urip.

Urip mengatakan kejadian suhu harian yang tinggi di Indonesia sering dikaitkan sebagai akibat perubahan iklim. Pernyataan tersebut tidak salah meskipun juga tidak dapat dibenarkan sepenuhnya.

Dalam setiap satuan kejadian cuaca, tidak dapat diatribusikan secara langsung ke pemanasan global atau perubahan iklim. Perubahan iklim harus dibaca dari rentetan data iklim yang panjang, tidak hanya dari satu kejadian. 

Namun, tren kejadian suhu panas dapat dikaji dalam series data yang panjang, apakah terjadi perubahan polanya, baik magnitudo panasnya maupun keseringan kejadiannya.

BMKG meyakinkan bahwa kondisi ini bukan termasuk kondisi ekstrem yang membahayakan seperti gelombang panas heatwave, meskipun masyarakat tetap diimbau untuk menghindari kondisi dehidrasi dan tetap menjaga kesehatan.(ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALTIM