Petani di Kaltim Ini Bahagia, Hasilkan Puluhan Juta dalam Sebulan

20 Maret 2022 06:00

GenPI.co Kaltim - Petani kelapa sawit di Kaltim sedang bahagia karena harga tandan buah segar (TBS) mengalami kenaikan.

Dengan naiknya harga ini, mereka bahwa bisa menghasilkan Rp12 juta per bulan.

"Alhamdulillah, sebulan bisa Rp12 juta kalau mau ambil tiap hari," ungkap Wisnu salah satu petani sawit di Desa Prangat Selatan, Kaltim, Sabtu (19/03/2022).

BACA JUGA:  Kaltim Buka-bukan Soal Pidana Perdagangan Orang, Mengkhwatirkan

Dia mengatakan di pengepul Tandan Buah Segar (TBS) harganya Rp2.800 per kg dari sebelumnya hanya Rp2.400 per kg sampai Rp2.500 per kg.

Wisnu mengatakan ketika kelapa sawit hasil panen dibawa ke pabrik harganya akan lebih mahal, bisa mencapai Rp3.000 per kg lebih.

BACA JUGA:  Ini Kata Gubernur Soal Nasib Stadion Terbesar di Kaltim

"Tapi bawanya pakai truk, ke Muara Badak yang paling dekat dari sini. Kalau dibawa ke Jonggon (Kutai Kartanegara) lebih mahal lagi," jelasnya.

Wisnu mengaku, belum pernah menjual dengan harga Rp3.000 per kg.

BACA JUGA:  Kasus Covid-19 di Kaltim Masih Naik Turun, Namun Ada Kabar Baik

Namun dalam sehari dia bisa menghasilkan Rp400.000 dari luas lahan satu hektare setengah dengan jumlah pohon seratus lebih miliknya.

"Rp400.000 itu kira-kira satu kuintal setengah. Kalau pakai motor dua kali bolak-balik jadi modal bensin Rp50.000," tuturnya.

Dia menjelaskan, jarak dari rumah menuju kebun kelapa sawit miliknya sekitar 5 kilometer sehingga jika bolak-balik menjadi 10 kilometer.

"Dua kali narik jadi 20 kilometer dengan kondisi jalan rusak dengan motor yang harus dimodif," terangnya.

Dia menambahkan, dulu sebelum TBS naik, harga kelapa sawit sempat hanya sekitar di harga Rp500-Rp700 per kg.

"Pada waktu itu orang belum berminat ke kelapa sawit. Disuruh ngambil aja nggak ada yang mau," tutupnya.

Sementara itu, penyadap karet yang juga tinggal di Prangat Selatan Kalimantoro menambahkan, hasil kelapa sawit lebih menguntungkan ketimbang karet.

"Memang karet lebih tinggi Rp10.000 per kg tapi susah nyari sekilo. Satu hektare paling 10 kilo Rp100.000, sebulan Rp3 juta jadinya," kata Kalimantoro.

Dia mengungkapkan, pendapatan maksimal dari menyadap karet sekitar Rp3 juta, berbeda jauh dengan kelapa sawit yang mencapai Rp12 juta dengan perbandingan kerja yang lebih ringan.

"Kalau karet harus keliling satu-satu menyadap pohonnya, lebih capek, belum lagi kalau hujan hancur getahnya jadi air," ucapnya.

Sebagai informasi, petani di Marangkayu umum-nya memiliki lahan sawit dan karet sekaligus sehingga apabila harga sawit tidak setinggi sekarang, kemungkinan petani akan kembali beralih menyadap karet.(Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALTIM