Sudah Antre Berhari-hari, Sopir Masih Dipalak Preman di Samarinda

31 Maret 2022 14:00

GenPI.co Kaltim - Di tengah kelangkaan BBM jenis solar, para sopir truk di Samarinda juga mengeluhkan aksi premanisme yang kerap memalak.

Para sopir truk mengaku menjadi korban pemalakan preman saat mengantre panjang di sejumlah SPBU akibat kelangkaan solar.

Aksi premanisme itu terjadi di sejumlah titik SPBU di Kota Tepian yang mengalami antrean panjang.

BACA JUGA:  Emak-emak Sein Kiri Belok Kanan, Wagub Kaltim Minta Ini ke Polisi

Sopir berinisial SR (50) mengaku mengaku kerap dipalak preman saat sedang mengantre BBM solar.

Tidak hanya SR saja, terhitung ada 400 orang rekan seprofesinya mengeluhkan hal serupa. 

BACA JUGA:  Permintaan Gubernur Kaltim soal Pengadaan Alkes Jempolan, Top

"Saya sering ikut mengantre di dua SPBU di kawasan Kecamatan Sungai Kunjang. Di sana kami memang sering dipungut biaya mengantre. Di tempat lain ada, teman-teman semuanya mengeluh karena ada praktik seperti ini," ungkap SR, Rabu (30/3/2022).

Dia mengeluhkan aksi premasinsme ini. Sebab, sopir sudah kesulitan dengan antrean solar yang bahkan pernah berhari-hari di SPBU.

BACA JUGA:  Bukan Kaltim, Provinsi Ini Bakal Jadi Pemasok Utama Pangan di IKN

"Solar langka di mana-mana. Kami para sopir truk sering mengantre panjang di SPBU. Kalau antre bukan hitungan jam, malah bisa sampai berhari-hari," kata dia.

Dia mengatakan preman ini biasanya bersenjatakan senjata tajam dan menhampiri mereka.

Kemudian memalak dan mematok harga pada para sopir truk yang sedang ikut mengantre solar di SPBU. 

Para preman bahkan bisa mengatur urutan antrean sopir truk.

Apabila ingin mendapatkan nomor urutan terdepan, sopir truk diminta membayar sebesar Rp 50 ribu. Untuk sopir yang memilih antre dengan cara normal akan ditarik biaya sebesar Rp 5 ribu.

Aksi pungli yang dilakukan preman itu terjadi di dua lokasi SPBU di kecamatan Sungai Kunjang.

Di antaranya SPBU di Jalan KH Mas Mansyur dan Jalan Untung Suropati. Kedua SPBU ini memang melayani pengisian solar bersubsidi untuk truk besar.

SR mengaku pernah mengantre solar selama empat hari di SPBU di Jalan Untung Suropati. Dia baru bisa mendapatkan solar selama itu sebab para preman lebih memprioritaskan mobil atau truk yang membayar urutan antre.

"Istilahnya nyuntik atau menembak, kalau mau cepat harus begitu. Bayar. Saya tadi baru dapat solar mengantre dua hari. Kalau membayar lebih ke pemungut (preman), bisa lebih cepat diprioritaskan," bebernya.

Praktik pungutan liar yang dilakukan preman itu turut dibenarkan JR, salah satu sopir truk yang ikut mengantre solar di SPBU Jalan Untung Suropati.

Pria 46 tahun itu mengaku tidak pernah mau bayar untuk mempercepat antrean.

"Saya kalau ngantre di SPBU Sungai Kunjang (Jalan Untung Suropati) paling banyak 5ribu saja. Itu cuma biaya antre normal. Kalau mau menembak, diminta Rp 50 ribu," ungkapnya.

Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Andhika Dharma Sena mengatakan akan menindaklanjuti informasi adanya aksi premanisme di sejumlah SPBU di Samarinda.

"Akan segera kami tindaklanjuti informasi ini. Kami juga menghimbau para supir untuk tidak membiarkan aksi premanisme ini dengan membuat laporan ke kami," pungkasnya. (JPNN)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALTIM