Ramai Dibicarakan, Apa Itu Toxic Positivity dan Efek Buruknya

Ramai Dibicarakan, Apa Itu Toxic Positivity dan Efek Buruknya - GenPI.co KALTIM
Ilustrasi bahagia yang dipaksakan atau tocix positivity. Foto: Pixabay/AbsolutVision.

GenPI.co Kaltim - Istilah toxic positivity belakangan ramai dibahas dan dibicarakan di sejumlah media sosial.

Toxic positivity yakni sebuah kondisi yang memaksa seseorang untuk berusaha dan berpikir positif dalam keadaan apapun

Sifat ini juga berupa tekanan untuk selalu merasa bahagia.

BACA JUGA:  Simak, Ini 5 Tahapan Pembangunan IKN Nusantara di Kaltim

Namun penelitian terbaru menyatakan bahwa sifat ini memiliki efek yang buruk pada kesejahteraan psikologis seseorang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas Tilburg Belanda, menyatakan tekanan untuk mengejar kebahagiaan ironisnya memiliki efek buruk pada psikologis seseorang.

Hal ini terutama terjadi di negara-negara yang mendapat skor tinggi pada Indeks Kebahagiaan Dunia (World Happiness Index), dan memiliki standar kebahagiaan yang lebih tinggi.

BACA JUGA:  Waspada Cuaca Ektrem di Kaltim, Ini Rincian Wilayahnya

"Ada hubungan yang kuat antara perasaan perlu bahagia dan sejauh mana orang benar-benar mengalami perasaan seperti kesedihan, kesuraman, kelelahan atau kecemasan," tulis penelitian tersebut.

Penelitian lintas budaya ini dilakukan dengan lebih dari 7.400 peserta di 40 negara.

BACA JUGA:  Cerita Gubernur Kaltim Terpapar Covid-19, Mengaku Kesal

Menguraikan hubungan antara tekanan masyarakat untuk bahagia dan kesejahteraan psikologis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya