
Media sosial, kata dia, memainkan peran positif saat pandemi karena menyediakan cara bagi orang-orang untuk tetap terhubung.
Namun di sisi lain media sosial juga telah memperburuk kondisi negatif yang sudah ada sebelumnya.
“Misalnya, identitas digital palsu serta perbandingan terus-menerus dengan kehidupan palsu, hal tersebut dapat menumbuhkan perasaan sedih karena menganggap dirinya tidak sesuai standar,” katanya.
BACA JUGA: Borneo FC Deal dengan Sayap Eks Liga Korea, Kata Media Asing
Dia juga menunjukkan bahwa perundungan di media sosial dan waktu menatap layar yang berlebihan juga dapat menyebabkan kesehatan mental yang lebih buruk.
Hansel mengatakan jika pengguna merasa bahwa media sosial tidak bermanfaat atau pengguna merasa suasana hati memburuk setelah menggunakan media sosial, hal tersebut bisa menjadi indikator perlunya istirahat sejenak.
BACA JUGA: Beredar di Media Sosial Isu Minyak Goreng Kosong di Kaltim
“Demikian pula jika media sosial tidak membuat Anda merasakan kedamaian, harapan, atau kegembiraan—inilah saatnya untuk bertukar pikiran jika ada cara lain yang lebih baik untuk menginvestasikan waktu Anda,” katanya.
Untuk mengatasi perasaan negatif yang timbul dari bermedia sosial, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menetapkan durasi penggunaan media sosial yang tepat bagi diri sendiri.
BACA JUGA: BMKG: 14 Titik Panas Terdeteksi di Kalimantan Timur
Hansel menyarankan agar pengguna memeriksa kembali manfaat media sosial bagi dirinya sendiri.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News