Gaya hidup menjadi faktor risiko penyakit ginjal kronik (PGK) yang tinggi di masyarakat.
"Hipertensi didapatkan 34,1 persen, diabetes 10,9 persen dan obesitas 21,8 persen. Angka merokok juga tinggi 28,8 persen, ini faktor risiko PGK," kata Aida.
Pada awal perjalanan penyakit PGK umumnya tidak ada gejala, berbagai keluhan baru dirasakan bila penyakit sudah lanjut.
BACA JUGA: Jangan Diremehkan, Kesehatan Mental Remaja Perlu Diperhatikan
Di Indonesia, prevalensi PGK semakin meningkat setiap tahun.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018, prevalensi PGK yakni 0,38 persen atau naik hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2013 yang tercatat 0,2 persen.
BACA JUGA: Anak Kos Wajib Tahu, Ini Tips Makan Kenyang, Sehat, dan Hemat
Sementara itu, data registri Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) pada tahun 2006 menunjukkan, prevalensi PGK bahkan sudah mencapai 12,5 persen.
Menurut Aida, kemungkinan kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan ginjal menjadi salah satu penyebab kenapa pada umumnya pasien sering terlambat berobat dan sering datang dalam kondisi yang sudah lanjut.
BACA JUGA: Catat, Ini Manfaat Air Kelapa untuk Menjaga Kesehatan Tubuh
Padahal, gangguan ginjal dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko, diagnosis dini dan tatalaksana yang optimal agar pasien tidak sampai mengalami gagal ginjal.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News